Dua bagian black box AirAsia QZ8501, yakni flight data recorder (FDR)
dan cockpit voice recorder (CVR), sukses ditemukan dan diangkat dari
perairan Karimata, Kalimantan Tengah. Butuh usaha keras untuk
menemukannya. Ini cerita di balik penyelaman.
Awalnya, meski ada
sinyal ping, posisi black box sulit terendus. Posisinya agak jelas
setelah ekor pesawat diangkat, Sabtu (10/1). Ekor tempat black box
kosong. Dipastikan, black box lepas dari tempatnya. Upaya pencarian pun
terus dilakukan.
Berdasarkan sinyal ping yang diterima KN
Jadayat, posisi black box diketahui di koordinat 03˚ 37' 21" S dan 109˚
42' 42". Penyelaman pun dilakukan. Senin (12/1) pagi, Serda Rajab
Suwarno yang membawa pinger detector bersama Kapten Saiful, Pelda
Bambang, dan KLK navigasi Edi Susanto masuk ke bawah air perairan
Karimata.
Serda Rajab mengarahkan pinger detector ke arah sumber
sinyal. Kian kuat sinyalnya, kian kuat suaranya. Akhirnya, FDR ditemukan
di kedalaman sekitar 35 meter. Tepat pada pukul 07.12 WIB, Serda Rajab
dan kawan-kawan mengambil dan mengangkat FDR ke permukaan.
Esoknya,
Selasa (13/1), Serda Rajab kembali bertugas. Ia menyelam bersama Letnan
Aang dan Sertu Widodo . Lagi-lagi, ping detector yang dibawa Serda
Rajab mendeteksi sinyal ping yang kuat. Saat diikuti, CVR ditemukan di
antara tumpukan pasir dan lumpur. Pada pukul 07.13 WIB, CVR sukses
diangkat.
"Bedanya cuma satu menit, saya kaget," cerita Komandan
Penyelam Gabungan TNI AL, Mayor Profs Dhegratmen di KRI Banda Aceh di
Pelabuhan Tanjung Emas Semarang, Rabu (14/1/2015) malam.
Waktu
keberangkatan penyelam sama, yakni pada pukul 05.33 WIB. Ternyata, waktu
penemuan dan pengangkatan juga nyaris sama. Hanya beda hari. Jarak
penemuan FDR dengan CVR berkisar 15-20 meter.
"Arusnya saat itu 0,3 knot," tambah Mayor Profs.
Saat
ini, FDR dan CVR sudah resmi diserahkan kepada KNKT. Nantinya data akan
didownload di laboratorium milik KNKT di Jakarta untuk mengungkap
penyebab pasti jatuhnya pesawat AirAsia QZ8501 rute Surabaya-Singapura.
0 comments: